Kontroversi UAN

Heracilitus, seorang Filsuf Yunani Kuno mengatakan, “Education is a Second Sun to its Possessors”, yaitu pendidikan adalah matahari kedua bagi orang yang memilikinya. Tentu saja hal itu dimaknai bahwa setiap manusia haruslah berpendidikan. Agar dapat menjadi penerang dalam hidupnya kelak. Oleh karena itu, pemerintah mewajibkan pendidikan minimal 12 tahun bagi warga negaranya. Tentu bukan hal berlebihan, karena generasi muda inilah yang menjadi estafet untuk memajukan bangsa dan negara kita ini.

Harus kita akui, bahwa pendidikan kita belum berjalan dengan sangat baik. Artinya, masih banyak masalah-masalah yang menerjang dunia pendidikan negeri ini. Bukan masalah baru, masalah ini sudah berulang kali terjadi, bahkan setiap tahunnya. Masalah besar dunia pendidikan kita ialah masalah UAN yang dikabarkan menjadi momok bagi siswa kelas 6, 9, dan 12. Tentu bukan perkara asing yang melintas dalam otak kita.

Muncul gagasan bahwa UAN bukanlah standart untuk tolok ukur keberhasilan pendidikan. Namun, UAN adalah salah satu tolok ukur. Bukan satu-satunya. Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari segi kognitif, yang mengacu pada kecerdasan otak siswa-siswinya. Dilihat dari segi pelaksanaannya, UAN sangat jauh dari kesan kejujuran. bukan hanya siswa, bahkan dari kalangan guru sampai dengan dinas pendidikan wilayah setempat. Hal itu dilakukan hanya untuk meluluskan 100% siswanya dan mendapatkan nilai plus dikalangan masyarakat. Padahal, mereka tidak melakukan semua itu dengan kejujuran.

Sungguh tragis bila kita ulur masalah ini. Apakah kita akan terus seperti ini, memberikan pendidik serta pendidikan yang sudah tak jujur kepada generasi muda bangsa ini? Mulai hal seperti inilah, kita sudah berinvestasi menciptakan para koruptor yang siap merauk uang negara. Naudzubillah himindzalik…

UAN yang menjadi tolok ukur keberhasilan siswa sebagai anak didik dan guru sebagai pendidik, seakan-akan memberikan dampak negatif bagi mereka. UAN seperti momok bagi mereka. Suasana belajar yang seharusnya santai, fun, dan membuat mereka bisa mengekspresi segala kreatifitas mereka, kini menjadi suram. UAN tak memberi mereka cela untuk bernafas. Suasana belajar menjadi keras, tegang dan terburu-buru, hanya demi deadline UAN. Bahkan, mereka diwajibkan mengikuti les pagi yang harus berangkat pukul 6.00, dan pulang pukul 15.00. itupun bukan sehari atau dua hari saja. Kegiatan ini dilakukan hampir setiap tahun di pelbagai sekolah, hanya untuk masa ujian 3-6 hari saja.

Gagasan yang menyebutkan bahwa UAN adalah satu-satunya pengukur keberhasilan pendidikan, tentu salah. Banyak aspek-aspek lain yang bisa dilihat. Seperti pada aspek spiritual, moral dan akademis. Aspek spiritual misalnya, kita bisa melihat dari ketaqwaan mereka, keloyalitasan mereka mengikuti kegiatan keagamaan, dsb. Aspek moral bisa dilihat dari perilaku mereka, tingkat kesopanan mereka terhadap guru dan karyawan sekolah, serta absensi kelas. Sedangkan akademis, bisa dilihat dari kegiatan mereka dalam pembelajaran, serta hasil pembelajaran yang dilakukan.

Jika kita lihat, lebih banyak mana manfaat serta mudharatnya UAN, lebih baik UAN dilaksananakan secara menasional tapi tidak dijadikan acuan ataupun tolok ukur keberhasilan pendidikan. Tuhan telah memberikan bakat, kemampuan dan kecerdasan sudah pada porsinya. Artinya, jika kita lemah dibidang akademis, mungkin saja kita berbakat dibidang non-akademis. Seperti olahraga, seni, dll. Sehingga, keberhasilan pendidikan tidak hanya dilihat ataupun diukur “Seberapa porsenkah jumlah siswa yang lulus ujian?”, tapi juga diukur dari “Apasaja prestasi dunia pendidikan di olimpiade-olimpiade dunia?” dan “Berhasilkan dunia pendidikan mencetak siswa menjadi generasi muda yang siap akan tantangan dunia internasional?”

Sekarang bukan lagi saatnya kita beragument tentang keefektifitasan UAN, tapi bagaimana kita menciptakan UAN sebagai pengukur keberhasilan sekolah-sekolah nasional mendidik siswanya dibidang akademis menjadi suatu kegitan tahunan yang menyenangkan dan memberikan efek positif bagi dunia pendidikan negeri ini.

Leave a comment